Cerdas Mental Sukses Finansial

Ketahui Perbedaan Akuntansi Syariah dan Konvensional Sebelum Menggunakannya

Perbedaan Akuntansi Syariah dan Konvensional

Keberagaman Indonesia berpengaruh pada berbagai macam aspek, salah satunya yaitu akuntansi. Dalam perhitungannya, terdapat beberapa perbedaan akuntansi syariah dan konvensional. Namun, pada intinya tetap sama untuk menemukan besaran nilai yang dicari.

Perbedaan Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konvensional

Dalam menjabarkan kedua sistem tersebut, akan mengetahui apa saja perbedaan yang dimiliki. Sehingga, bisa menyesuaikan sistem untuk menentukan nominal tertentu. Berikut penjabarannya:

1. Modal

Dalam akuntansi syariah, modal berlandaskan nilai tukar yang berlaku. Ini sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam. Dimana tidak akan menyertakan riba di dalamnya. Selain itu, juga untuk melindungi kemampuan produksi di masa yang akan datang dalam keberlangsungan perusahaan.

Sedangkan dalam sistem konvesional, terkadang terjadi beberapa perbedaan dalam menentukan harga untuk melindungi modal pokok perusahaan (capital). Namun, hasil yang didapat sama dan sesuai dengan realitanya.

2. Aset

Untuk metode Islami, jenis aset utama dibagi menjadi dua bagian yaitu, uang (cash) dan harta berupa barang (stock). Sehingga, keduanya tidak akan tercampur. Akan tetapi, memiliki nilai yang bisa dijumlahkan sesuai dengan nominal jual.

Di dalam model konvensional juga dibagi dalam 2 bagian, yakni aset tetap (aktiva tetap) dan aset yang beredar (aktiva lancar). Kedua bagian ini juga memiliki nilai jual sesuai keadaan pasar. Semakin banyak aset, bisa dikatakan perusahaan lebih sehat.

Ketentuan Lain pada Asuransi Syariah

Prinsip Akuntansi Syariah

Beberapa hal lain terkait akuntansi syariah yaitu:

1. Mata Uang

Selain menggunakan mata uang Rupiah, juga bisa memakai mata uang lainnya. Seperti emas, perak, logam mulia dan sebagainya. Namun, hal tersebut hanya untuk perantara sebagai pengukur dan penentu sumber pada barang aslinya.

2. Harga Terkini

Tidak ada sistem harga lama. Namun, penentuan nilai/harga berdasarkan nilai tukar yang berlaku saat ini. Dengan begitu, beberapa orang akan sulit untuk memprediksi nilai barangnya dalam jangka panjang. Akan tetapi, ini lebih menguntungkan untuk beberapa pemilik bisnis.

3. Laba

Laba yang didapat akan dikelompokan sesuai dengan ketentuan masing-masing. Baik itu, laba dari aktivitas pokok dan laba yang berasal dari modal (capital) dengan keuntungan berasal dari transaksi. Selain itu, juga membentuk cadangan saat terjadi kemungkinan bahaya dan risiko di kemudian hari.

4. Ketentuan Lainnya

Beberapa ketentuan lain seperti:

  • Setiap transaksi harus dijelaskan sumber pendapatannya.
  • Menghindari sumber pendapatan yang tidak halal, serta menyalurkan usaha ke tempat yang telah ditentukan oleh beberapa ulama (MUI) sesuai dengan ketentuan syariat islam.
  • Tidak menerima (menghindari) laba dari sumber yang kurang terpercaya, ini dikhawatirkan menimbulkan perdebatan antara haram dan halalnya.
  • Tidak boleh membagi laba yang diperoleh sebelum semua terkumpul dengan jelas asal usulnya. Sebab, dikhawatirkan ada beberapa pembayaran yang belum tertuliskan.

Prinsip-prinsip Akuntasi Syariah

Berikut beberapa prinsip akuntansi syariah yang bisa Anda ketahui:

1. Prinsip Pertanggungjawaban (Accountability)

Dalam prinsip pertanggungjawaban terdapat dua hal penting, yaitu akuntabilitas dan pelaporan. Dalam hal akuntabilitas, semua memfokuskan pada ketentuan ajaran agama Islam. Sedangkan untuk pelaporan, adalah bentuk rasa tanggung jawab kepada sesama dan juga kepada Allah SWT.

2. Prinsip Keadilan

Perbedaan akuntansi syariah dan konvensional berikutnya yaitu, semua yang terlibat dalam aktivitas ekonomi seperti akuntan, auditor, pemilik, manajer dan pemerintah sebagai bentuk sarana ibadah. Ini karena, untuk menjalankan perintah ekonomi sesuai dengan panduan ajaran agama Islam.

3. Prinsip Kebenaran

Semua hal yang terkait dengan keuangan harus dibukukan secara benar dan tidak boleh ditambah ataupun dikurangi. Langkah ini dilandaskan dengan kebenaran akan menciptakan nilai keadilan dalam mengakui, mengukur serta melaporkan transaksi dalam perusahaan.

Prinsip-prinsip Akuntansi Konvensional

Setelah mengetahui prinsip pada akuntansi syariah, selanjutnya akan dibahas tentang jenis konvensional. Seperti:

1. Mengklarifikasi Transaksi

Membagi semua transaksi yang dilakukan supaya lebih mudah untuk dipahamai. Seperti penjualan, pembelian, pengeluaran kas, penerimaan kas dan lain sebagainya ke dalam masing-masing bagian. Ini semua dilakukan walaupun transaksi dengan nominal kecil sekalipun.

2. Mencatat dan Merangkum

Semua hal yang terkait dengan pengeluaran harus dicatat dengan rapi dan maksimal, baik itu bon, bill, nota, struk, sertifikat dan lain sebagainya. Dan juga, harus dibukukan melalui jurnal penjualan, jurnal pembelian, jurnal penerimaan kas, jurnal pengeluaran kas dan jurnal umum.

3. Menginterpretasikan dan Melaporkan

Dengan menjalankan prinsip ini, pelaku bisa membuat laporan keuangan dengan baik dan benar. Bentuknya antara lain, laporan rugi laba, laporan modal dan neraca. Dengan begitu, akan lebih mudah dalam mengambil beberapa keputusan kedepannya.

Ketentuan Lain pada Konvensional

Beberapa di antaranya:

1. Menggunakan teori pencadangan dan juga ketelitian untuk menanggung semua kerugian dalam perhitungan.

2. Mengenyampingkan laba yang bersifat mungkin.

3. Menerapkan praktik prinsip laba universal (menyeluruh), meliputi laba dagang dan modal pokok.

4. Laba (keuntungan) tercipta hanya saat terjadi transaksi jual beli saja.

Persamaan Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional

Adapun kesamaan antara kedua sistem ini yaitu:

1. Pemisahan jaminan keuangan dengan unit ekonomi yang dimiliki.

2. Metode pendahunan (hauliyah) dengan periode waktu atau tahun pembukuan keuangan. Baik itu pembukaan pembukuan sampai dengan penutupnya.

3. Pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal, ini untuk mengetahui transaksi yang telah berlangsung.

4. Kesaksian dalam pembukuan untuk penentuan barang (tansparansi).

5. Perbandingan (muqabalah) dengan income dengan biaya pengeluaran.

6. Kontinuitas (istimrariah) guna kesinambungan perusahaan dalam jangka panjang.

7. Keterangan (idhah) untuk penjelasan atau pemberitahuan.

Perbedaan akuntansi syariah dan konvensional memang tidaklah begitu mencolok. Hanya saja, keduanya menggunakan sistem berbeda dengan tujuan yang sama. Yaitu, untuk melihat alur dari perencanaan keuangan dalam periode tertentu.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

One thought on “Ketahui Perbedaan Akuntansi Syariah dan Konvensional Sebelum Menggunakannya”